Ditemukan 150 gram Sperma : Pemerkosaan dan Pembunuhan Dokter Wanita di India
India – Media sosial dgemparkan oleh kasus pemerkosaan dan pembunuhan brutal terhadap seorang dokter wanita. Di sebuah rumah sakit pemerintah di Kolkata, Benggala Barat. Kejadian mengerikan ini telah memicu aksi protes dan mogok kerja massal oleh para dokter dan pekerja medis di seluruh negeri.
Kronologi Peristiwa
Dikuti dari X @tanyarifes : Kasus ini bermula pada malam tanggal 8 Agustus 2024. Ketika dokter peserta pelatihan pascasarjana (PG) berusia 31 tahun tersebut menjalani malamnya seperti biasa. Setelah makan malam bersama juniornya, dia memutuskan untuk beristirahat sekitar pukul 2 pagi. Karena kurangnya ruang istirahat di rumah sakit, korban memilih beristirahat di ruang seminar, yang dianggap aman.
Baca juga : Gelapkan 15 Tas Mewah, Polisi Tangkap Angela Lee
Namun, keesokan paginya, pada 9 Agustus, tubuhnya ditemukan dalam kondisi setengah telanjang di dalam ruang seminar. Kejadian tragis ini terjadi setelah dia bertugas pada malam sebelumnya, dan jenazahnya ditemukan dengan banyak luka yang mengindikasikan serangan brutal.
Laporan Otopsi
Hasil otopsi mengungkapkan detail mengerikan tentang serangan tersebut:
- Penyebab kematian adalah pencekikan, dengan mulut dan tenggorokan korban ditekan terus-menerus untuk mencegahnya berteriak. Tulang rawan tiroid korban pecah akibat pencekikan.
- Ada noda darah di mata dan wajah korban, serta bekas cakaran di berbagai bagian tubuhnya. Darah juga ditemukan keluar dari kemaluan korban.
- Luka-luka ditemukan di bibir, perut, tangan kanan, dan jari-jari korban, serta tulang selangka yang patah.
- Wajah, mata, hingga leher korban menunjukkan bekas kelainan dan lebam yang parah.
- Bekas cakaran di wajah korban menunjukkan bahwa dia berusaha keras melawan pelaku.
- Laporan otopsi menyebutkan bahwa pelaku “mendapat keuntungan tertentu karena korban sedang tidur nyenyak pada saat penyerangan.”
Tragisnya, tubuh korban ditemukan oleh ayahnya sendiri dalam kondisi telanjang, terbaring tak bergerak. Di lantai dengan tulang panggul patah, anggota tubuh yang cacat, dan pecahan kaca di matanya. Luka-luka tersebut menyebabkan korban mengalami pendarahan yang hebat. Orangtuanya dilarang mendekati jenazah selama tiga jam setelah mereka tiba di tempat kejadian.
Selain itu, laporan medis menemukan 150 gram air mani di tubuh korban. Jumlah yang tidak mungkin hanya berasal dari satu orang. Yang menunjukkan adanya kemungkinan keterlibatan lebih dari satu pelaku.
Baca juga : Joni Pemanjat Tiang Bendera Tidak Lolos, Janji Presiden Jokowi Jadi Sorotan
Penangkapan dan Seruan untuk Keadilan
Polisi Kolkata segera menahan seorang pria yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan korban. Pria tersebut diketahui bekerja mengatur antrean pasien dan memiliki riwayat gangguan mental. Meski penangkapan ini membawa sedikit kelegaan, banyak yang meragukan apakah ia adalah pelaku utama. Atau hanya kambing hitam dalam kasus ini. Orang tua korban melaporkan adanya dugaan keterlibatan pihak lain. Termasuk dokter dan mahasiswa di rumah sakit tersebut, menambah kerumitan kasus ini.
Protes dan Mogok Kerja Massal
Sebagai tanggapan atas tragedi ini, para dokter dan pekerja medis di India melakukan aksi mogok kerja massal tanpa batas waktu. Menghentikan layanan elektif di rumah sakit-rumah sakit pemerintah di berbagai negara bagian. Mereka menuntut keadilan bagi korban dan perbaikan keamanan di tempat kerja. Aksi protes ini dimulai di Kolkata dan dengan cepat menyebar ke seluruh negeri. Menunjukkan betapa mendalamnya ketidakpuasan terhadap sistem yang ada.
Baca juga : Isu Larangan Hijab di Paskibraka 2024, BPIP Diminta Klarifikasi
Kebutuhan Akan Reformasi Sistemik
Kasus pemerkosaan dan pembunuhan ini mengingatkan kembali pada kasus Nirbhaya yang terjadi 12 tahun lalu. Yang juga memicu gelombang protes besar-besaran di India. Namun, meski protes dan janji reformasi terus terdengar, perubahan nyata di lapangan masih jauh dari harapan. Kejadian ini tidak hanya mengungkapkan kebrutalan yang masih ada di masyarakat. Tetapi juga menegaskan bahwa menjadi dokter di India telah menjadi tantangan berat. Harapan untuk reformasi dan perbaikan keamanan tampaknya semakin jauh. Dan insiden tragis ini hanyalah satu dari sekian banyak yang mencerminkan ketidakberdayaan sistem dalam melindungi warganya, terutama perempuan.
Masyarakat India, terutama komunitas medis, menuntut perubahan nyata dan langkah-langkah konkrit untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. Ketika aksi mogok dan protes berlanjut, tekanan terhadap pemerintah untuk bertindak tegas semakin meningkat. Harapan terbesar adalah agar tragedi ini dapat menjadi pemicu bagi reformasi. Yang sangat dibutuhkan dalam sistem keamanan dan peradilan di India.